Seni Menulis Sistematis Bersama TPKI
Diawal masa transisi menuju ramajaku, lebih tepatnya pada sekolah menengah, aku selalu terpana pada setiap rangkaian kata pada buku fiksi kusam di Rumah. Aku terpana setiap gambaran dan ilustrasi tulisannya dapat memenuhi mata imaji dan khayalanku. Setiap perspektif gaya tulisannya membawa kesan sudut pandang yang berbeda. Intinya, tumpukan buku kusam bapak selalu hebat dimataku. Meskipun begitu, dari banyaknya buku non-fiksi bacaan bapak, aku hanya dapat mentoleransi bacaan fiksi yang berlatar kehidupan pada umurku saat itu. Diriku suka iri dengan bapak dirumah, beliau bisa duduk diam seharian hanya membaca buku yang barusan ia beli setiap pulang kerja tugas luar kota. Diriku? Lima menit dengan alur yang flat sudah cukup membawaku untuk mengakhiri sesi membaca dihari tersebut. Darah membaca tak sedikitpun mengalir dalam diri dan pemikiranku. Tidak pernah terlintas dikepalaku untuk andil dalam menulis bait fakta dan kajian ilmiah yang melewati pembuktian empiris dan